Jumat, 01 Oktober 2010

Maher Zain attacks!

Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan saya di hari itu.
Hari saat saya tidak memiliki rutinitas yang menyita waktu saya, saya juga tidak disibukkan dengan segala kehedonan yang biasa saya lakukan.
Hari itu, secara tiba-tiba saja, kamar saya menerima kunjungan teman depan kamar yang mengaku sebagai wanita dengan kekerenan parah dan tak tertolong, Cece. Setelah kami tertawa-tawa dan mengalami kejadian mati suri menonton klip video Super Junior, tiba-tiba Cece bertanya tanpa basa-basi, “kamu tahu Maher Zain gak Cum?”
Saya yang ditanya hanya bisa geleng-geleng kepala sambil berpikir, makanan apa lagi tuh? Maklum, perut saya sudah meronta-ronta minta jatah harian.
“Lagu nya bagus-bagus Cum. Dakwah Islam, penyanyinya Turki2 Amerika gitu. Iiih, Cece jatuh hati sama dia Cum!” ujarnya beruntun.
Saya pun mengernyitkan dahi sambil bertanya-tanya di dalam hati, ni temen gak tahu kali ya gue cewek kayak apa? Dengerin lagu aja yang ajeb2.
Berhubung laptop Cece has its period, jadi Cece pun meminta lagu-lagu itu ke Cut, temen kos seberang lorong.
Tak lama kemudian, lagu pertama dan berikutnya pun didengar dan dibaca pula liriknnya.
Then, suddenly….it came. Intro lagu bernuansa R&B dimulai, sebelum penyanyi bersuara, saya membaca lirik pertama lagu ini.

“We were given so many prizes
We changed the desert into oasis
We built buildings of different lengths and sizes
And we felt so very satisfied
We bought and bought
We couldn’t stop buying”

Refleks, makian kasar kontan keluar dari mulut saya sambil menunjuk-nunjuk layar laptop saya. Sejurus kemudian saya berujar “Astagfirullah..”
Cece bingung, “Kenapa Cum?”
“Liriknya Ce, menampar mukaku!”
Cece terdiam. Saya terdiam. Mengikuti alunan lagu Abang Maher yang semuanya benar2 menusuk di tempat yang tepat. Hingga sampai pada lirik:
“My dear brother and sister
It’s time to change inside
Open your eyes
Don’t throw away what’s right aside
Before the day comes
When there’s nowhere to run and hide
Now ask yourself ’cause Allah’s watching you
Is He satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?”
Subhanallah!
Pilu hati saya. Mata Cece dan saya berkaca-kaca. Kami hanya bisa berpandang-pandangan, lalu memanggil nama satu sama lain dengan nada suara yang mengenaskan. Saya segera keluar kamar alih2 ke dapur, mencari feel yang berbeda dari dalam kamar saya. Ketika saya kembali masuk ke kamar, Cece berujar “Cum, Cece baru ngeh lirik awalnya. Dalem. Huaaa!!”
Histeris kami bersama. Melihat apa-apa yang telah kami perbuat hanya untuk memenuhi kepuasan kami saja.
Betapa Allah menyayangi kami, Allah mengingatkan kami, memberikan kami kesempatan dan suasana hati yang pas untuk memudahkan hati kami menerima peringatanNya yang indah itu.
Segera, saya memberi tahu orang-orang terdekat saya untuk mendengarkan lagu Awaken ini. Via jejaring sosial pun saya lakukan karena hari itu hati saya benar-benar tergugah. Malu pada diri saya sendiri. Malu karena saya belum bisa mencoba mencintai Allah dengan sepenuh hati. Masih mengkhianati Allah yang melimpahkan begitu banyak cintaNya pada saya. Saya malu. Benar-benar malu.

Awaken
By: Maher Zain
We were given so many prizes
We changed the desert into oasis
We built buildings of different lengths and sizes
And we felt so very satisfied
We bought and bought
We couldn’t stop buying
We gave charity to the poor ’cause
We couldn’t stand their crying
We thought we paid our dues
But in fact
To ourselves we’re just lying
Oh
I’m walking with my head lowered in shame from my place
I’m walking with my head lowered from my race
Yes it’s easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves
We were told what to buy and we’d bought
We went to London, Paris and
We made show we were seen in the most exlusive shops
Yes we felt so very satisfied
We felt our money gave us infinite power
We forgot to teach our children about history and honor
We didn’t have any time to lose
When we were.. (were)
So busy feeling so satisfied
I’m walking with my head lowered in shame from my place
I’m walking with my head lowered from my race
Yes it’s easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves
We became the visuals without a soul
despite the heat
Our homes felt so empty and cold
To fill the emptiness
We bought and bought
Maybe all the fancy cars
And bling will make us feel satisfied
My dear brother and sister
It’s time to change inside
Open your eyes
Don’t throw away what’s right aside
Before the day comes
When there’s nowhere to run and hide
Now ask yourself ’cause Allah’s watching you
Is He satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?
Oh
I’m walking with my head lowered in shame from my place
I’m walking with my head lowered from my race
Yes it’s easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves

Sekitar pukul 4 sore, teman-teman kos lainnya pulang dari perantauan masing-masing guna mencari sesuap nasi (lebay). Saat mereka berkumpul di kamar saya sambil menyantap makan malam bersama, kami perdengarkan alunan lagu abang Maher ini. Sesaat saya merasa bersalah kepada Boi. Nafsu makannya berhenti seketika saat saya bercerita tentang liriknya. Namun, tak berapa lama kemudian saya kembali bersyukur. Mengapa? Karena ketika satu mulut berkurang, maka itu berarti saingan hidangan makan malam pun berkurang! Dasar anak kos! :-p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar