Sabtu, 26 Februari 2011

Wahai Tuan..

Aku pernah mendamba senyum itu selalu.
Aku pernah menunggu hingga jantung berdegup kencang saat kamu melewati depan kelasku
atau
saat kamu hanya melempar senyum sambil berlalu.

Aku pernah menanti sms dan telponmu setiap malam
Aku pernah mengharapkan kamu menawarkan tumpangan berangkat ke kampus
Aku pernah melompat-lompat kegirangan di balik pintu kamar, saat kamu mengajakku makan malam bersama
atau
ketika kamu menyediakan waktu untukku walau hanya untuk mendengarkan keluh kesahku

Aku merasa mukaku memerah sangat ketika aku mendengar pujianmu
Aku merasakan jantngku jatuh ke kaki saat kamu bilang kamu sayang aku
Aku pernah teriak-teriak kegirangan saat kamu bilang ingin kenal aku lebih jauh

Aku pernah melambung tinggi karena sikap-sikapmu itu.
Tapi aku pernah melepaskan genggaman tanganmu kala itu
Aku pernah melepaskan pandangan ku darimu
Aku pernah mengingkari keberadaanmu
HIngga akhirnya aku terduduk diam karena kehilanganmu.
tak pernah lagi aku terbang jauh dibawa oleh mu..
Karena aku tahu, aku mendambamu.
Hampa sudah, aku sesali itu.
berbalik arah memunggungimu tanpa kau tahu akan hal itu.

Wahai Tuan yang pernah memberikan senyuman paling manis padaku.
Wahai Tuan yang pernah menemaniku di sepi hari-hariku.
Wahai Tuan yang pernah memberikan hatinya padaku.
Wahai Tuan sang Pemilik hati dan rasa ini.

Aku tahu egoku melukaimu, Tuan.
Aku tahu aku hanya ingin memilikimu, Tuan.
Aku tahu aku telah pura-oura tidak peduli padamu, Tuan.

Tetapi, jangan pernah permainkan hati ini Tuan.
Karena kita pernah menjalaninya bersama.
Jangan pernah lampiaskan kekecewaanmu terhadap kekasih barumu padaku Tuan.
Karena hati ini masih mengharapkanmu Tuan, itu menyakitkan.
Jangan pernah datang dan pergi menyiram harapan dan rasa yang kupendam ini Tuan.
Tidakkah kau tahu,
satu sms atau telponmu saja sudah hampir membuatku tak tidur semalaman saking gembiranya.
Mendengar namamu disebut saja sudah seperti mengenakan speaker sekian juta Herzt frekuensinya.

Aku pernah menyakitimu Tuan.
Tapi jangan tutupi atau pura-pura tidak tahu kalau aku masih sangat mengharapkanmu.
JAdi, hentikan semua perhatianmu yang tiba-tiba itu Tuan..
Tapi tidak untuk lenyap dari radar penglihatanku selamanya Tuan.
Sungguh, hati ini senang hanya melihatmu, sungguh
dan aku tahu, perih ini akan terganti oleh cinta yang baru.

Tuan, terkadang aku berharap..sangat berharap..
Kalau kamu akan merasakan hal yang sama..
Mungkin ini hanyalah mimpi belaka ya Tuan?
Karena sekarang Tuan sudah melangkah maju di depan ku.
Jauh sekali sampai tak dapat lagi ku ikuti Tuan berjalan di belakang sambil memegang ujung kemeja Tuan, seperti dulu.

Tuan, aku juga akan melangkah maju.
Terimakasih.
Ku harap Tuan bahagia dengan pemilik hati Tuan..
hingga nanti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar